Read Time:2 Minute, 3 Second

Senin depan (25/9/2017), kabarnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan mengeluarkan keputusan menyangkut kasus Debora yang meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. Berkaitan dengan itu, pihak Mitra Keluarga Kalideres menggelar jumpa pers untukmengklarifikasi perihal itu. Jumpa pers digelar di salah satu restoran di FX Lifstyle, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (18/9/2017).

Dalam rilis yang disiarkan, Manajemen RS Mitra Keluarga Kalideres bertemu dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk memberikan klarifikasi mengenai meninggalnya bayi Tiara Debora di RS Mitra Keluarga Kalideres, pada hari Minggu, 3 September 2017. Pada kesempatan tersebut, RS Mitra Keluarga menyampaikan telah melakukan berbagai upaya medis yang diperlukan, namun tetap tidak mampu menyelamatkan pasien.

“Atas nama manajemen dan direksi RS Mitra Keluarga Kalideres, kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas berpulangnya bayi Tiara Debora Simanjorang, putri dari Bapak Rudianto Simanjorang dan Ibu Henny Silalahi,” ujar Francisca D. Permatasari, Direktur RS Mitra Keluarga Kalideres, usai pertemuan di Kantor KPAI.

Francisca mengatakan berdasarkan audit medis yang telah dilakukan, terlihat bahwa dokter jaga yang menangani bayi Debora telah melakukan segala upaya dengan optimal.

Ketika pasien tiba di IGD (instalasi gawat darurat), dokter jaga langsung mengarahkan ke ruang resusitasi. Ruang resusitasi merupakan bagian di IGD, berupa satu kamar khusus dan tertutup dengan aneka peralatan medis.

“Tidak semua pasien IGD dimasukkan ke ruang resusitasi. Bayi Debora masuk ke resusitasi karena dokter jaga melihat kondisinya sudah membiru, tidak bergerak, serta jari tangan dan kaki sudah dingin. Melihat kondisi seperti itu, dokter jaga langsung melakukan pertolongan pernafasan, memasang monitor, melakukan kompresi jantung, memasang infus, dan juga selang nafas. Dokter dan perawat juga menyedot lendir dan memberikan terapi uap (nebulizer) kepada pasien,”

Sejalan dengan itu, dokter jaga melakukan konsultasi ke dokter spesialis anak untuk penanganannya serta menjelaskan kepada Ibu pasien mengenai perawatan lanjutan setelah di IGD. “Perawatan lanjutan yang dimaksud adalah di ruang PICU (pediatric intensive care unit), apabila kondisi pasien sudah stabil,” ujar Francisca.

Meski sudah dilakukan berbagai tindakan medis, lanjutnya, kondisi pasien belum juga stabil, pernafasan masih berat, kulit masih biru, denyut nadi juga masih lemah. Dokter juga melakukan rontgen dada dan perut serta pengecekan darah pasien di laboratorium.

“Segala upaya dan tindakan medis tersebut dilakukan terus menerus tiada henti selama 6,5 jam sejak pasien tiba pukul 3.40 WIB, namun kondisi pasien masih kritis dan tidak stabil sehingga belum dapat dipindahkan ke ruang PICU. Upaya pertolongan yang dilakukan rupanya tidak mampu menyelamatkan pasien yang kondisinya terus menurun sampai akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 10.20 WIB,” papar Francisca.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Achmad Zaki Terpilih Jadi Most Viewed LinkedIn Power Profile Previous post Achmad Zaki Terpilih Jadi Most Viewed LinkedIn Power Profile
Tango Luncurkan Kampanye Anti Hoax Next post Tango Luncurkan Kampanye Anti Hoax