WARTABUGAR – Epilepsi jadi salah satu penyakit yang dapat merusak otak dan menyebabkan penurunan fungsi otak. Peneliti menemukan bahwa video game dan virtual reality (VR) dapat membantu proses pemulihan otak bagi pasien epilepsi.
Tim Peneliti Multidisiplin dari Dell Medical School University of Texas, Amerika Serikat, pada 2021 lalu menggunakan dana hibah penelitian dari Coleman Fung Foundation sebesar US$ 2,5 juta. Mereka kemudian menguji bagaimana video game dan VR dapat mempercepat proses pemulihan otak penderita epilepsi.
Pasien epilepsi dapat kehilangan kontrol motorik sebagai efek samping pasca operasi. Ini merupakan reaksi alamiah dari otak yang dikenal dengan neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk memperbaiki jaringannya sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi.
Ketua Departemen Neurologi di Dell Medical School, Profesor David Paydarfar mengatakan, sel neuron pada pasien epilepsi digunakan oleh otak untuk tujuan lain, sehingga ada fungsi yang tumpang tindih. Dirinya ingin mengetahui apakah otak yang mengalami serangan epilepsi dapat dilatih untuk mengatur fungsi vital berkaitan dengan ingatan, ucapan, atau gerakan.
“Kami pikir akan sangat menarik untuk mempelajari masalah yang tidak hanya akan memajukan ilmu neuroplastisitas, tetapi juga akan menjadi sesuatu yang relevan bagi pasien,” ujar Paydarfar dikutip dari laman alcalde.texasexes.org (1/3/2022).
Video game dan VR sudah tidak asing lagi digunakan untuk melatih keterrampilan kognitif dan motorik baru. Dalam penelitian ini, beberapa orang berusia 10 hingga 20 tahun yang akan menjalani operasi untuk pengobatan epilepsi diperintahkan untuk bermain game dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan mesin Infinity yang dikembangkan oleh Blue Goji, perusahaan di bawah Coleman Fung, berbentuk treadmill yang dihubungkan dengan layar resolusi tinggi dan headset VR. Mesin tersebut dilengkapi dengan berbagai sensor yang dibutuhkan untuk memantau aktivitas otak pasien.
Aktivitas bermain video game ini bertujuan mentransfer aktivitas otak normal dari saraf yang menyebabkan kejang. Otak dikondisikan untuk tetap menjalankan fungsi kognitif dan motorik meski terdapat gangguan pada saraf akibat epilepsi.
“Kami mencoba belajar dengan cara yang sangat tepat tentang satu kondisi, dan kemudian kami dapat mulai menerapkan pengetahuan itu ke kondisi lain,” umbuh Paydarfar.
HIngga kini, penelitian masih terus berlangsung. Diharapkan pada tahun ini akan diperoleh hasil gemilang dari eksperimen tersebut.
About Post Author
Berita Lainnya
Hati-hati Penyakit Pasca Lebaran
WARTABUGAR - Hari raya Idulfitri merupakan momen yang tepat untuk berkumpul bersama sanak saudara dan menikmati makanan lezat. Namun, perlu...
Qoala Keluarkan Produk Asuransi Terbaru Untuk COVID-19
WARTABUGAR - Di tengah situasi pandemi yang masih berlangsung, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka penyebaran COVID-19 di...
Cara-cara Ini Bisa Mencegah Penyakit Pasca Lebaran
WARTABUGAR - Hari raya Idulfitri merupakan momen yang tepat untuk berkumpul bersama sanak saudara dan menikmati makanan lezat. Namun, perlu...
Apa Benar Produk Susu Bisa Sebabkan Kanker?
Sejauh ini banyak studi mengaaitkan produk susu dengan risiko terkena kanker masih tidak konsisten. Ada yang menunjukkan bahwa produk susu bisa menurunkan risiko terkena kanker kolorektal, kanker payudara, dan jenis kanker lain. Tetapi studi lain men unjukkan kaitan dengan kanker prostat.
Hore Fitofarmaka Bakal Masuk JKN
Obat modern asli Indonesia (OMAI) fitofarmaka rencananya akan masuk dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pasien Penderita Penyakit Jantung Boleh Mudik Asal Ikuti Tips Ini
WARTABUGAR - Hari raya idul fitri tinggal menghitung hari. Bagi pasien penyakit jantung yang ingin mudik ke kampung halaman, ada...