WARTABUGAR – Selama pandemi COVID-19, ada fenomena dalam kehidupan sosial masyarakat yang disebut dengan “doomscrolling”. Doomscrolling yaitu mencari berita buruk secara online khususnya terkait dengan pandemi. Fenomena ini ternyata sangat umum dialami oleh orang dengan kondisi kesehatan mental, termasuk di antaranya gangguan kecemasan dan depresi.
Asisten profesor klinis psikiatri dan psikolog klinis di Pusat Keluarga Militer Steven A. Cohen di NYU Langone Health, Dr. Ariane Ling menjelaskan, mengapa seseorang tertarik melakukan doomscrolling. Istilah yang masuk dalam kamus Oxford ini terjadi ketika pandemi COVID-19 membuat orang beralih ke internet untuk mendapatkan informasi dan jawaban untuk menghilangkan ketakutan mereka. Imbasnya, seseorang cenderung mencari konten di media sosial secara kompulsif yang membuat depresi atau mengundang kecemasan.
“Kebiasaan doomscrolling cenderung lebih umum di antara pasien dengan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya. Manusia terprogram untuk belajar dan ingin tahu apa yang terjadi, begitulah cara kita bertahan. Selain itu, ponsel kita menuntut perhatian kita: berita utama dan cara media sosial disesuaikan untuk minat kita terus-menerus membangkitkan minat kita dan memberi makan kebiasaan kita,” jelas Ling dilansir dari situs resmi World Economic Forum, (9/7/2021).
Sebelum pandemi, fenomena doomscrolling sudah ada, dan semakin parah semenjak COVID-19 merebak. Pasalnya, selama pandemi, rutinitas masyarakat mengalami perubahan signifikan. Adanya keterbatasan seperti lockdown dan karantina mengurangi interaksi sosial sesama manusia secara langsung, sehingga lebih banyak menggunakan ponsel sepanjang hari.
“Saya telah melihat siklus perjuangan dalam hal kesehatan mental dan kemudian keluar ke lingkungan dan memastikan semua hal itu dikonfirmasi dan divalidasi. Hal ini juga sering menyebabkan perasaan putus asa. Dalam pandemi, ada pengalaman kehilangan kolektif ini. Bahkan jika Anda tidak mengenal seseorang yang telah meninggal, masih ada gelombang pendengaran yang konstan tentang kehilangan. Ada banyak rasa sakit,” imbuh Ling.
Lalu, bagaimana cara mengatasi kecenderungan untuk melakukan doomscrolling? Ling mengatakan, batasi penggunaan ponsel sebisanya. Kurangi durasi waktu penggunaan media sosial. Jangan terlalu banyak membaca atau mencari berita bernuansa negatif, khususnya saat pandemi COVID-19 yang sedang mengganas ini. Perbanyak aktivitas fisik atau melakukan hobi yang disukai juga bisa membantu mengatasi doomscrolling.
“Membaca, memasak, atau berolahraga bisa menjadi kegiatan yang positif untuk mengatasi doomscrolling. Usahakan juga menerapkan jadwal tidur yang cukup dan teratur setiap harinya,” tutup Ling.
About Post Author
Berita Lainnya
EU-ASEAN Sepakat Tingkatkan Layanan Kesehatan
WARTABUGAR - Dewan Bisnis UE-ASEAN (EU-ABC) dengan senang hati mendukung publikasi terbaru laporan “Building a Healthier Asia: Empowering More Equitable...
Lakukan 4 Tips Ini Selama Berpuasa
Idealnya, Ramadhan menjadi bulan yang suci dimana orang-orang yang menjalankannya diuji baik secara fisik dan mentalnya, karena berpuasa tak hanya...
Awas TBC Mengintai Usia Muda
OBATDIGITAL - Mayoritas pengidap penyakit tuberkulosis (TBC) adalah pekerja usia produktif, menurut data Global TB Report 2022. Penderita TBC di...
Wings Gencarkan Program Baby Happy Diapers
WARTABUGAR - Indonesia menempati urutan ketiga negara fatherless country di dunia. Fenomena ini muncul akibat tidak adanya peran dan keterlibatan...
Kurangi Impor Kalbe Produksi Benang Bedah
WARTABUGAR - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui anak usaha PT Forsta Kalmedic Global memproduksi benang bedah sebagai upaya mengurangi...
Kalium Yang Ada Pada Daun Kelor Bermanfaat Bagi Tubuh
WARTABUGAR - Kalium atau potasium, salah satu jenis makro mineral yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Ada banyak manfaat kalium,...