
WARTABUGAR – Pandemi COVID-19 tak hanya menunjukkan masalah kesehatan tetapi juga memberikan tantangan baru bagi semua sektor kehidupan, termasuk sektor usaha.
Agar bisa bertahan menghadapi dampak pandemi itu, perlu kesiapan ekosistem kesehatan dalam mengantisipasi krisis kesehatan dan dengan cepat memberikan solusi untuk menjaga kesehatan seluruh masyarakat di Indonesia.
Banyak prasyarat yang perlu dipenuhi, antara lain, pengolahan data klinis dan nonklinis yang andal dan peningkatkan peran teknologi sistem informasi kesehatan di rumah sakit.
Belakangan beberapa rumah sakit sudah melakukan berbagai terobosan, misalnya menggunakan teknologi generasi ke-4 seperti mahadata (big data) dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Penerapan teknologi seperti itu sudah dimulai sejak dua tahun lalu.
Tepatnya, ketika pemerintah menginstruksikan semua rumah sakit di Indonesia menjadi “Rumah Sakit Pintar” dengan menerapkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS). Sayangnya, sampai dua tahun kemudian, hanya sekitar sepertiga dari 2.831 rumah sakit di Indonesia yang menerapkan SIMRS.
Melihat situasi tersebut, perusahaan teknologi kesehatan, PT Docotel Teknologi, turut berkontribusi membuat solusi dengan menciptakan produk SIMRS bernama “D’Health”.
Produk ini dikembangkan sebagai SIMRS yang mengikuti standar tertinggi pelayanan rumah sakit, tapi mudah diterapkan dan digunakan oleh tenaga kesehatan dan manajemen rumah sakit.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Warta Bugar, Aldy Rizaldy Nur MR, Executive Vice President Health Information System Division, PT Docotel Teknologi, menjelaskan bahwa hanya dalam tempo dua tahun, D’Health telah beroperasi di beberapa rumah sakit di Indonesia, salah satunya di Kelompok Usaha Mayapada Healthcare Group.
Lalu, untuk melengkapi D’Health, pada Mei 2020, PT Docotel Teknologi merilis produk teknologi kesehatan baru berupa aplikasi telemedicine bernama e-Poly.
“Peluncuran e-Poly merupakan jawaban Docotel Teknologi terhadap hambatan yang terjadi pada pelayanan kesehatan akibat pandemi Covid-19. Aplikasi ini memungkinkan pasien dapat berkonsultasi dengan dokter secara daring melalui panggilan video untuk mengurangi risiko penularan dan rasa khawatir, namun menjaga kualitas hubungan manusia yang didapat dari konsultasi tatap muka langsung,” ujar Aldy Selasa (18/8/2020).
Lebih lanjut Aldy, menerangkan bahwa e-Poly mengintegrasikan seluruh proses layanan rawat jalan, mulai pendaftaran, penjadwalan konsultasi dengan fitur panggilan video, rekam medis hingga pembayaran non-tunai.
Docotel Teknologi meyakini e-Poly tidak hanya menjadi solusi sementara selama pandemi Covid-19, tapi juga berpotensi menjadi layanan kesehatan virtual pilihan masyarakat dan tenaga kesehatan di masa depan.
Docotel Teknologi akan terus mengembangkan produk teknologi kesehatan untuk memenuhi visi “Making a difference” (membuat perbedaan).
Saat ini D’Health dalam pengembangan menuju D’Health Next Gen, bekerja sama dengan PT Arogya Mitra Sejati, perusahaan yang akan memperkenalkan tingkat analitik dan otomatisasi mutakhir.
Menanggapi hal tersebut, Nicolas Tjahja Saputra, Chief Operating Officer Arogya Mitra Sejati (AMS), menjelaskan perusahaan memiliki misi membantu mengoptimalkan proses rantai pasokan kebutuhan industri kesehatan di Indonesia.
AMS, kata Nicolas,percaya AI dapat mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan kritis yang sangat menuntut kesiapan manajemen persediaan di rumah sakit.
Menurutnya, proses dan manajemen persediaan rumah sakit sebagai salah satu aset penyedia layanan kesehatan yang tersulit dan membutuhkan sebagian besar dari total modal yang diinvestasikan.
“Inilah salah satu faktor paling umum penyebab inefisiensi dan penurunan mutu layanan. Proses menyeimbangkan investasi berupa barang inventaris dan layanan pasien menjadi tantangan besar bagi manajemen rumah sakit,” tuturnya.
Saat ini AMS melakukan inovasi dengan menyediakan solusi marketplace dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kemampuan sistem memenuhi permintaan layanan kesehatan yang terus meningkat.
AI yang digunakan akan memberikan informasi, wawasan, tindakan, dan bantuan otomatis yang dapat mengoptimalkan proses pengambilan keputusan bagi rumah sakit. Sementara Inventory Management System menyediakan fungsi dan layanan untuk menangani stok, barang pesanan, barang masuk, dan barang dagangan untuk dijual.
“Kami percaya dengan kedua sistem itu rumah sakit mampu memberikan perencanaan biaya yang lebih ekonomis dan mengurangi biaya pesanan yang tidak perlu, biaya persediaan, juga biaya akuisisi,” tutup Nicolas. (aries kelana
About Post Author
Berita Lainnya
Dorong Inovasi Energi Baru Terbarukan, Pertamina Buka Kompetisi Program PFsains
WARTABUGAR - Dalam upaya mendukung target nol emisi karbon dan bauran energi baru dan terbarukan, Pertamina melalui Pertamina Foundation membuka...
Awas TBC Mengintai Usia Muda
OBATDIGITAL - Mayoritas pengidap penyakit tuberkulosis (TBC) adalah pekerja usia produktif, menurut data Global TB Report 2022. Penderita TBC di...
Wings Gencarkan Program Baby Happy Diapers
WARTABUGAR - Indonesia menempati urutan ketiga negara fatherless country di dunia. Fenomena ini muncul akibat tidak adanya peran dan keterlibatan...
Kurangi Impor Kalbe Produksi Benang Bedah
WARTABUGAR - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui anak usaha PT Forsta Kalmedic Global memproduksi benang bedah sebagai upaya mengurangi...
Kalium Yang Ada Pada Daun Kelor Bermanfaat Bagi Tubuh
WARTABUGAR - Kalium atau potasium, salah satu jenis makro mineral yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Ada banyak manfaat kalium,...
Wellings Gandeng UI dan Universitas Pancasila Dalam Pengembangan SDM Farmasi
WARTABUGAR - Apotek Wellings, salah satu anak perusahaan Erajaya Beauty and Wellness (“EBW”), melakukan kerja sama pengembangan sumber daya manusia...