Read Time:1 Minute, 37 Second
Salah satu proyek infrastruktur Indonesia-Cina
Salah satu proyek infrastruktur Indonesia-Cina (Foto: Aries Kelana)

WARTABUGAR – Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung 4 bulan ini membuat perekonomian dunia rontok. Itu tak terkecuali Indonesia. Menurut analis ekonomi dari DBS Research Radhika Rao, pertumbuhan ekonomi pada semester pertama 2020 rata-rata -1,2% secara tahunan,

“Terlemah untuk seri data terbaru, dan menyusut untuk kali pertama semenjak krisis keuangan Asia,” ujarnya seperti dalam rilisnya (7/8/2020).

Hingga akhir kuartal kedua dan kuartal ketiga, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan di Jakarta dan provinsi lain secara bertahap dan kecepatannya disesuaikan dengan kondisi lokal. Indikator mobilitas dan indikator frekuensi tinggi lain (PMI, sentimen, dan lain-lain) mengisyaratkan perbaikan berkat pelonggaran lockdown.
                                                                                                                                               
Kasus gelombang kedua infeksi di beberapa bagian Asia menunjukkan tantangan pada masa depan. Seperti digarisbawahi dalam catatan kami sebelumnya, penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia masih tinggi  sehingga memerlukan kewaspadaan lebih tinggi dalam menahan kurva infeksi ketika aturan dicabut.

Gelomba kedua pandemi ini kemungkinan menandai penurunan terdalam hasil perekonomian. Radhika memperkirakan Produk domestik bruto yang disesuaikan dengan inflasi akan kembali tumbuh pada kuartal keempat dengan asumsi tingkat infeksi stabil, pembukaan kembali berlangsung cepat, dan pencairan dana pemerintah dipercepat.

“Untuk saat ini, kami mempertahankan perkiraan pertumbuhan kami pada -1,0% secara tahunan untuk 2020 walaupun masih ada resiko pelemahan,” imbuhnya.

Sementara itu, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga hingga 75 basis poin sejak awal tahun menjadi 4%. BI memiliki ruang untuk memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin lagi pada tahun ini jika ekonomi terus melemah. Hal ini, sambung Radhika, perlu diseimbangkan dengan kebutuhan mempertahankan perbedaan suku bunga untuk menarik aliran dana asing.

Kemudian, Kementerian Keuangan memperkirakan tekanan fiskal akan berlanjut, dengan mematok defisit fiskal 2021 di angka -5,2% dari PDB vs -6,3% yang ditargetkan tahun ini, meskipun pertumbuhan diperkirakan menguat menjadi 5,5% pada tahun depan.

Rasio utang terhadap PDB terlihat naik hingga 40% dari PDB vs 30% pada akhir 2019, tetapi lebih rendah dari kebanyakan negara berkembang lain.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

About Post Author

DBS Hong Kong Akan Luncurkan DBS Accelerator Previous post DBS Berikan Akses Dana Hibah Buat Masyarakat. Mau?
nasabah bertransaksi di salah satu gerai ATM CENTER Next post Kini Waktunya Bank Asing Akuisisi Bank Lokal