
WARTABUGAR – Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung 4 bulan ini membuat perekonomian dunia rontok. Itu tak terkecuali Indonesia. Menurut analis ekonomi dari DBS Research Radhika Rao, pertumbuhan ekonomi pada semester pertama 2020 rata-rata -1,2% secara tahunan,
“Terlemah untuk seri data terbaru, dan menyusut untuk kali pertama semenjak krisis keuangan Asia,” ujarnya seperti dalam rilisnya (7/8/2020).
Hingga akhir kuartal kedua dan kuartal ketiga, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan di Jakarta dan provinsi lain secara bertahap dan kecepatannya disesuaikan dengan kondisi lokal. Indikator mobilitas dan indikator frekuensi tinggi lain (PMI, sentimen, dan lain-lain) mengisyaratkan perbaikan berkat pelonggaran lockdown.
Kasus gelombang kedua infeksi di beberapa bagian Asia menunjukkan tantangan pada masa depan. Seperti digarisbawahi dalam catatan kami sebelumnya, penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia masih tinggi sehingga memerlukan kewaspadaan lebih tinggi dalam menahan kurva infeksi ketika aturan dicabut.
Gelomba kedua pandemi ini kemungkinan menandai penurunan terdalam hasil perekonomian. Radhika memperkirakan Produk domestik bruto yang disesuaikan dengan inflasi akan kembali tumbuh pada kuartal keempat dengan asumsi tingkat infeksi stabil, pembukaan kembali berlangsung cepat, dan pencairan dana pemerintah dipercepat.
“Untuk saat ini, kami mempertahankan perkiraan pertumbuhan kami pada -1,0% secara tahunan untuk 2020 walaupun masih ada resiko pelemahan,” imbuhnya.
Sementara itu, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga hingga 75 basis poin sejak awal tahun menjadi 4%. BI memiliki ruang untuk memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin lagi pada tahun ini jika ekonomi terus melemah. Hal ini, sambung Radhika, perlu diseimbangkan dengan kebutuhan mempertahankan perbedaan suku bunga untuk menarik aliran dana asing.
Kemudian, Kementerian Keuangan memperkirakan tekanan fiskal akan berlanjut, dengan mematok defisit fiskal 2021 di angka -5,2% dari PDB vs -6,3% yang ditargetkan tahun ini, meskipun pertumbuhan diperkirakan menguat menjadi 5,5% pada tahun depan.
Rasio utang terhadap PDB terlihat naik hingga 40% dari PDB vs 30% pada akhir 2019, tetapi lebih rendah dari kebanyakan negara berkembang lain.
About Post Author
Berita Lainnya
Satu Lagi Perusahaan Perdagangan Emas Dapat Ijin Bapebti
IndoGold, platform investasi emas digital, di bawah naungan PT Indogold Makmur Sejahtera mengantongi izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi...
Pemilu 2024 Diramalkan Tak Ganggu Ekonomi Indonesia, Kok Bisa?
WARTABUGAR - Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi di mayoritas negara adidaya, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara yang akan mencatatkan...
Dorong Inovasi Energi Baru Terbarukan, Pertamina Buka Kompetisi Program PFsains
WARTABUGAR - Dalam upaya mendukung target nol emisi karbon dan bauran energi baru dan terbarukan, Pertamina melalui Pertamina Foundation membuka...
PDB ASEAN Nomor 5 Di Dunia
WARTABUGAR - Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) memiliki peran penting di kawasan Asia Tenggara. Persahabatan dan kolaborasi sepuluh negara...
Wellings Gandeng UI dan Universitas Pancasila Dalam Pengembangan SDM Farmasi
WARTABUGAR - Apotek Wellings, salah satu anak perusahaan Erajaya Beauty and Wellness (“EBW”), melakukan kerja sama pengembangan sumber daya manusia...
Buntut Kasus Rafael Alun, PPATK Perkuat Kolaborasi Dengan Kemenkeu
WARTABUGAR - Kasus Penganiayaan Mario Dandy terhadap David menyeret ayah Mario, Rafael Alun. Hasil penyelidikan KPK menunjukkan adanya dugaan pencucian...