Read Time:2 Minute, 29 Second

WARTABUGAR – Pandemi COVID-19 berdampak pada kelangsungan seluruh industri. Kementerian Perindustrian menyebutkan sekitar 60% industri mengalami dampak berat, sementara 40% lainnya mengalami dampak moderat.

Dampak yang beragam juga turut dirasakan oleh industri kreatif dan gaya hidup, yang terdiri dari sejumlah subsektor seperti film, hiburan, kuliner, dan lainnya.

Di tengah situasi menantang bagi para pelaku industri ini, PT Likuid Jaya Inovasi (Likuid Projects) fokus mendukung industri kreatif dan gaya hidup berusaha mengkaji lebih dalam bagaimana dampak pandemi terhadap sektor industri ini, dan bagaimana Likuid Projects berperan sebagai stimulus yang mampu mendorong produktivitas industri.

Dalam rilisnya, CEO Likuid Projects, Kenneth Tali mengatakan bahwa pihaknya menakar dampak pandemi pada industri kreatif melalui tiga hal, pertama dari stage krisis, yaitu tahapan pergerakan pandemi di masyarakat.

Di masa-masa awal pandemi masuk di Indonesia sekitar Maret lalu, industri rata-rata mengalami shock sebagai imbas dari menurun drastisnya daya beli masyarakat.

Menurut Kenneth, kini industri sudah di tahap survival mode. Kemampuan sebuah bisnis bertahan akan ditentukan dari pondasi bisnis yang dimiliki selama ini dan pengambilan keputusan manajemen untuk langkah ke depan. 

Kedua dari skala usahanya, pelaku industri kreatif datang dari skala usaha yang beragam, mulai dari UMKM hingga ke perusahaan rintisan (startup) hingga perusahaan skala menengah.

Perbedaan skala ini membuat akses permodalan juga tidak bisa dimiliki semua kalangan, terlebih bagi bisnis yang belum memiliki aset yang cukup sebagai jaminan pembiayaan. 

Terakhir adalah subsektor industri. Kenneth mengakui tidak semua subsektor mengalami dampak yang sama, sebagian mengalami penurunan pendapatan dan sebagian lainnya justru mengalami dampak positif atau kenaikan pendapatan.

Industri yang diuntungkan tersebut misalnya aplikasi permainan, teknologi, dan produk kesehatan.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi dari empat marketplace terbesar mengalami kenaikan 9.85% pada Mei 2020 dibandingkan April 2020. Sementara, industri yang berdampak negatif adalah film dan hiburan di mana produk dan jasanya terkait aktivitas massal. 

Kenneth menuturkan bahwa selama pandemi tiga bulan lalu, Likuid Projects mengalami lonjakan permintaan pembiayaan dari para creativepreneur atau calon project owners, hingga 300%.

Ini menandakan industri kreatif sebetulnya memiliki banyak sekali peluang usaha dan potensi untuk survive.

“Saya rasa Likuid Projects menjadi ruang yang strategis agar semakin banyak akses kolaborasi yang terbuka dan nantinya menjadi stimulus agar inovasi dan kreativitas bisa tetap berkembang,” ujar Kenneth. 

Khususnya di saat pandemi seperti saat ini, Likuid Projects memprioritaskan sejumlah industri yang tumbuh saat pandemi, seperti industri game.

Namun, Kenneth menekankan pihaknya tetap menganalisa potensi-potensi industri lain, seperti film dan hiburan, dan menunggu momentum yang tepat untuk bisa mendukung mereka rebound. 

Mengusung konsep bagi hasil atau revenue sharing antara kolaborator dan project owner, maka semakin besar pendapatan proyek, akan semakin besar pula keuntungan yang bisa didapatkan oleh kolaborator.

Adapun proyeksi return untuk kolaborator dari skema bagi hasil pembiayaan suatu proyek berkisar 12% – 25% per tahun. 

“Kami berharap dengan semakin beragamnya proyek-proyek yang dapat didanai turut mendorong minat masyarakat khususnya generasi muda yang selama ini menjadi konsumen atau fans dari produk-produk industri kreatif untuk mulai berkolaborasi langsung bagi industri ini dengan skema pembiayaan project financing,” tutup Kenneth. (sgh)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post BPJS Kesehatan-LKPP Kerjasama Pertukaran Data Obat
Next post Teknologi Kini Jadi Andalan Industri Kecil di ASEAN