Read Time:2 Minute, 25 Second

Jakarta, Warta Bugar – Obesitas tidak hanya ditentukan oleh jumlah makanan yang dikonsumsi, melainkan juga jenis makanan yang diolah. Dalam riset doktoral yang dilakukan dr. Patricia Budihartini Liman, M.Gizi, SpGK, terbukti bahwa makanan yang dibakar dan digoreng terlalu lama dapat meningkatkan risiko obesitas.

Itu terungkap dalam promosinya untuk memperoleh gelar Doktor di Aula IMERI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (9/1).

Adapun disertasinya berjudul: ” Peran Asupan dan Plasma Carboxymethyl Lysine dan Parameter Inflamasi sebagai Mediator Obesitas pada Wanita Suku Minangkabau dan Sunda”. Sedangkan promotornya adalah Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH, FINASIM, FACG, FASGE.

Ini diklaim penelitian pertama yang mengembangkan basis data CML dalam makanan Indonesia dari provinsi Sumatra Barat dan Jawa Barat.

Selain itu juga merupakan studi pertama menilai pengaruh asupan CML terhadap lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan, dan indeks masa tubuh diantara wanita Asia.

Dalam rilisnya (10/1), Patricia mengatakan bahwa pengolahan makanan dengan suhu tinggi, kadar air rendah dan waktu pemasakan yang lama seperti digoreng dan dipanggang, atau dibakar dapat meningkatkan kadar carborxymethyl lysine (CML) dalam makanan sebesar 10-100 kali lebih tinggi kadarnya dibandingkan sebelum diolah.

CML merupakan struktur gula pereduksi yang berikatan dengan protein yang dapat terbentuk di dalam makanan maupun di dalam tubuh yang memberikan pengaruh kurang menguntungkan bagi kesehatan.

Misalnya, dapat memengaruhi obesitas melalui efek inflamasi atau peradangan di dalam tubuh yang dinilai dengan kadar TNF-a (tumor necrosis factor-αlpha).

Dalam studi tersebut Patricia bersama beberapa anak didiknya, mempelajari makanan yang diolah oleh suku Minangkabau yang mewakili Sumatera Barat) dan Suku Sunda (Jawa Barat).

Hasil penelitian ini didapat basis data CML dalam makanan yang spesifik makanan dari provinsi Sumatra Barat dan Jawa Barat,. Isinya 252 jenis makanan yang telah diketahui nilai CMLnya. Dari jumlah itu, 161 nilai CMLnya didapat dari pemeriksaan langsung di laboratorium.

“Sedangkan sisanya didapat dari perhitungan dengan langkah-langkah yang dibuat secara khusus dan dengan penuh perhitungan,” kata Patricia dalam abstraksinya.

Rendang, ikan bilis goreng, dan kalio adalah makanan dengan kandungan tertinggi CML-nya pada makanan Minangkabau. Sedangkan cimol, ikan peda goreng, dan bakso adalah makanan dengan kandungan CML tertinggi pada makanan Sunda.

Menurut Patricia, asupan CML terbukti memiliki peran sebagai perantara obesitas, melalui peningkatan kadar CML dan kadar TNF-α di dalam darah.

Peran asupan CML ini lebih jelas terlihat terhadap obesitas sentral yang dinilai dengan perubahan lingkar pinggang dibandingkan terhadap obesitas secara umum yang dinilai dengan perubahan berat badan.

patricia menemukan bahwa terdapat perbedaan perilaku makan di antara wanita suku Minangkabau dan suku Sunda yang dapat menjadi faktor obesitas sentral pada kedua kelompok suku.

Banyak wanita suku Sunda mengosumsi makanan yang diolah seperti ikan peda goreng, ikan asin goreng dan bakso dibandingkan wanita suku Minangkabau.

“Konsumsi tinggi CML telah terbukti memengaruhi obesitas, melalui peningkatan kadar CML dalam darah dan efek peradangan dalam tubuh. Oleh karena itu, konsumsi tinggi CML seperti konsumsi makanan olahan diperlukan untuk menurunkan risiko obesitas pada populasi ini,” kata Patricia. (akl)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Planet baru temuan NASA Previous post Eksoplanet Sebesar Bumi dan Layak Huni Telah Ditemukan
Emas Tertipis Ciptaan Ilmuwan Inggris Next post Peneliti Ciptakan Emas 18 Karat Teringan