Read Time:2 Minute, 11 Second

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dinilai sudah mampu memberikan kontribusi ekonomi. Ada banyak fakta BUMN mulai bergerak, tidak lagi menjadi lazy company, dan mulai berkontribusi besar pada perekonomian.

Pandangan demikian disampaikan oleh Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali menyikapi tudingan bahwa BUMN tidak memberikan kontribusi dan salah kelola.

“BUMN turut berjuang untuk membuka daerah-daerah terpencil, misalnya Angkasa Pura II yang turut mengelola Bandara Silangit, kemudian Banyuwangi yang kini telah diperbesar,” katanya dalam keterangan pers (16/4/2019).

Pekerjaan yang kira-kira swasta tidak berani masuk dan pemerintah daerah juga ingin melepas, kini ditangani oleh BUMN. Saat ini, kata Rhenald,BUMN tengah mengembangkan bandara di Purbalingga, bayangkan bertahun-tahun ekonomi sudah berkembang di sana.

Namun masih kurang perhatian untuk pembangunan bandara di wilayah itu. “Jalan tol dibangun juga karena pihak swasta tidak ada yang berminat untuk itu, maka di situ lah BUMN masuk,” jelasnya.

Ia menjelaskan, bahwa BUMN juga turun mengaktifkan langkah-langkah mengharumkan nama bangsa, terutama untuk menjalankan amanah pasal 33 konstitusi, yaitu mengambil alih dari asing. Freeport sudah masuk, Blok Mahakam, Blok Rokan juga sudah masuk. Menurut Rhenald, BUMN telah menjalankan peran ini dengan baik.

Terkait tudingan-tudingan terhadap holding BUMN, menurutnya,malah holding BUMN itu dapat membantu kelengkapan dan membuat lebih besar, dan memberikan kemampuan untuk melakukan financial laveraging. Laveraging itu berarti menjadi lebih besar, karena kapasitasnya menjadi lebih besar.

Rhenald lalu memberi contoh dalam debat terakhir calon presiden-calon wakil presiden yang berlangsung di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat (13/4/2019).

Di situ disebutkan oleh satu narasumber, sampai kapanpun Garuda Indonesia tidak akan pernah untung, karena load factor-nya harus mencapai setidaknya 120 persen, jawabnya karena kita melihat Garuda itu untungnya atau bisnisnya penumpang, padahal bisnis terbesar airlines itu ada di jasa cargo dan selama ini cargo yang menikmati bukan airlines, bukan juga Angkasa Pura.

“Siapa yang menikmati? Yang menikmati adalah pihak asing di Indonesia. Mereka punya perusahaan penerbangan yang khusus mengangkat cargo, mereka mempunyai pelabuhan yang khusus spesialis mengenai cargo,” Papar Rhenald.

Ia mencontohkan, dengan holding seperti yang dilakukan Singapura. Bila Singapore Airlines masuk ke seluruh negara, tidak hanya Singapore Airlines yang akan masuk, tetapi juga airport-nya. Makanya airportSingapore bisa mengelola airport lain di dunia.

“Dengan holding mereka  bisa menjamin, kalau saya mengelola airport di negara anda, saya akan bawa cargo, saya akan bawa penumpang. Bisa seperti itu,” ujar Rhenald.

Indonesia kenapa tidak bisa? Karena kita mainnya sendiri-sendiri, airport sama airlines saling injek-injekkan. “Sekarang harus sinergi, sehingga dengan begitu menjadi kuat, besar, dan kita tidak ditertawakan lagi oleh negara tetangga,” sambung Rhenald.

Airlines kalau hanya mengandalkan passenger sampai kapan pun tidak akan bisa untung,”ujar Rhenald. (sgh)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

About Post Author

Experian beri tawaran kredit Previous post Experian Beri Tawaran Kredit Senilai Rp 4,8 Miliar
BPJS Kesehatan, rumah sakit, klaim Next post BPJS Kesehatan Bayar Klaim Rumah Sakit Rp 11 Triliun