Jangan abaikan gejala serangan jantung pada saat bepergian. Simpanlah nomor darurat di telepon seluler Anda. Itulah pesan utama dari sebuah penelitian yang dipresentasikan hari ini di kongres Acute Cardiovascular Care 20191, sebuah European Society of Cardiology (ESC), seperti dilansir situs sciencedaily.com (2/3/2019).
“Jika Anda bepergian dan mengalami gejala serangan jantung seperti sakit di dada, tenggorokan, leher, punggung, perut, atau bahu yang berlangsung lebih dari 15 menit, hubungi ambulans tanpa penundaan,” kata ketua tim peneliti Dr Ryota Nishio, dari Departemen Kardiologi, Rumah Sakit Shizuoka Universitas Juntendo, Izunokuni, Jepang.
Itu dikemukakannya, setelah Nishio dan koleganya melakukan studi pengamatan terhadap 2.564 pasien yang mengalami serangan jantung dan perawatan cepat dengan stent (intervensi koroner perkutan; PCI) antara tahun 1999 dan 2015 di Rumah Sakit Universitas Shizuoka Juntendo. Rumah sakit ini berada di semenanjung Izu, tujuan wisata populer dekat Gunung Fuji, dan merupakan pusat regional untuk PCI.
Para peneliti membandingkan karakteristik demografi dan klinis pada penghuni versus orang yang bepergian. Pasien ditindaklanjuti selama 16 tahun dan tingkat kematian dibandingkan antara kelompok. Data kematian dikumpulkan dari catatan medis, kontak telepon, dan kuesioner pos.
Sebanyak 192 pasien (7,5%) bepergian pada awal serangan jantung. Pasien yang bepergian lebih muda dan memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari infark miokard ST-elevasi (STEMI), jenis serangan jantung serius di mana arteri utama yang memasok darah ke jantung tersumbat.
Periode tindak lanjut rata-rata adalah 5,3 tahun. Warga memiliki tingkat kematian semua penyebab secara signifikan lebih tinggi (25,4%) dibandingkan dengan non-penduduk (16,7%; p = 0,0015) tetapi tingkat kematian akibat penyakit jantung sebanding antara kelompok.
“Studi kami menunjukkan bahwa hasil jangka panjang setelah serangan jantung saat bepergian bisa baik jika Anda mendapatkan perawatan segera,” kata Dr Nishio.
Menurutnya, adalah penting bahwa, ketika Anda melewati fase darurat langsung, dan kembali ke rumah, Anda menemui dokter Anda untuk mengetahui bagaimana Anda dapat mengurangi risiko Anda dari peristiwa kedua dengan meningkatkan gaya hidup Anda dan berpotensi mengambil obat pencegahan.
“Kami juga menemukan bahwa secara keseluruhan, pasien lebih mungkin meninggal selama masa tindak lanjut jika mereka lebih tua, mengalami serangan jantung sebelumnya, atau memiliki penyakit ginjal kronis,” imbuh Nishio.
“Jika Anda termasuk dalam salah satu kelompok ini atau memiliki faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi, merokok atau obesitas, sangat penting untuk memastikan Anda mengetahui nomor darurat di rumah dan di setiap tujuan perjalanan.”
About Post Author
Berita Lainnya
Kenali Gejala Demensia
WARTABUGAR - Pada tahun 2050, diperkirakan ada 4 juta Orang Dengan Demensia di Indonesia. Alzheimer's Indonesia (ALZI) dan Alzheimer's Disease...
Perhatikan, Ini Penyebab Anak Susah Makan
WARTABUGAR - Belakangan ini kita melihat banyak anak yang mengalami kesulitan makan. Tidak mau ketika diajak makan. Prof. dr. Badriul...
Kendalikan Stres Dengan Cara Ini
WARTABUGAR - Setiap tahunnya, jumlah penderita masalah kesehatan mental di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini tercermin dalam hasil...
Untuk Meningkatkan Penggunaan Kontrasepsi, Kampanye #AyoPasangIUD Diluncurkan
OBATDIGITAL - Menindaklanjuti pesan Presiden Jokowi pada Hari Keluarga Nasional tahun 2022 lalu untuk menjaga jarak antar kelahiran minimal tiga...
Peran Dokter Penting Dalam Pencegahan Resistensi Antimikroba
OBATDIGITAL - Resistensi antimikroba merupakan isu kesehatan paling penting bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setelah organisasi kesehatan di bawah naungan...
Ini Tips Untuk Mengelola Stres
WARTABUGAR - Dalam lingkungan kerja yang serba cepat dan menuntut saat ini, depresi menjadi masalah serius yang dihadapi semua pekerja,...