Hasil kinerja SCG di tahun 2018 menunjukkan penurunan keuntungan dari bisnis chemical (kimia). Sebaliknya di bisnis pengepakan (packaging) justru sed menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan konsisten. Kemudian di bisnis cement-building materials (materi bangunan berbahan semen) juga mengalami prospek yang menguntungkan.
SCG tengah berupaya mendorong dua strategi utama di tahun 2019, yang berfokus pada stabilitas keuangan (financial stability) dan manajemen pertumbuhan jangka panjang (long-term growth management).
Caranya, dengan menawarkan solusi terpadu dan model bisnis baru yang memanfaatkan teknologi digital dan deep technology, serta berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan startup terkemuka di berbagai kawasan dan pusat litbang di seluruh dunia. SCG juga membuka peluang baru untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai kawasan.
Dalam keterangan persnya (31/1/2019), Roongrote Rangsiyopash, President and CEO of SCG, mengumumkan hasil kinerja perusahaan yang belum diaudit untuk tahun finansial 2018. Dalam laporan itu pendapatan dari penjualan tercatat meningkat 6% y-o-y (year on year) menjadi Rp 209.357 miliar (atau sekitar US$14.808 juta).
Lalu, keuntungan di tahun 2018 tercatat sebesar Rp19.581 miliar (US$ 1.385juta). Inimenurun 19% y-o-y dikarenakan ketidakpastian ekonomi global, yang utamanya disebabkan oleh perang dagang, pasar minyak yang tidak menentu, dan penguatan Baht Thailand, sehingga mempengaruhi kinerja SCG secara keseluruhan.
Di tahun 2018, pendapatan SCG dari penjualan produk & jasa bernilai tambah tinggi(HVA) mencapai Rp 80.938 miliar (US$ 5.725 juta), juga menunjukkan adanya peningkatan sebesar 5% y-o-y dan mengambil porsi 39% dari total pendapatan dari penjualan. “Pengeluaran untuk penelitian & pengembangan inovasi mencapai Rp2.045 iliar (US$ 145 juta) atau sebesar 1% dari total pendapatan dari penjualan,” ujarnya.
Lebih lanjut Rangsiyopash menjelaskan bahwa pendapatan SCG dari penjualan pada Q4/2018 menurun sebesar 4% q-o-q (quarter on quarter) menjadi Rp52.475 miliar (US$3.572 juta), dikarenakan adanya penurunan harga produk kimia. “Tetapi meningkat sebesar 3% y-o-y karena peningkatan volume penjualan produk kimia, juga pertumbuhan domestik bisnis cement-building materials,” imbuhnya.
Keuntungan pada periode ini meningkat 11% menjadi Rp4.686 miliar (US$319 juta) q-o-q, disebabkan sebagian besar dari kontribusi dividen musiman dari bisnis investasi di Q4/2018 tetapi menurun 17% y-o-y, dipengaruhi oleh penurunan kinerja bisnis chemicals. Pendapatan SCG dari penjualan ekspor tercatat Rp 57.278 Miliar (US$ 4.051 Juta) atau sebesar 27%dari total pendapatan dari penjualan, meningkat 6% y-o-y.
About Post Author
Berita Lainnya
Prixa-Alfamart-DAV Kembangkan Diagnosa Medis Dengan AI
Prixa berkolaborasi dengan Alfamart serta Digital Avatar (DAV). Kolaborasi itu direalisasikan dalam penandatanganan memorandum of understanding (MoU).
Banyak Talent Digital Tuntut Gaji Tinggi. Kenapa?
Hasil survei Robert Walters Indonesia, menyampaikan bahwa di Indonesia, digitalisasi akan menjadi faktor utama dalam penentuan gaji dalam perekrutan.
DBS Indonesia-Greenhouse Berbagi Wawasan Usaha
DBS Indonesia dan Greenhouse berbagai wawasan usaha melalui seminar untuk tingkat kemampuan bisnis UKM di Indonesia yang memiliki potensi besar.
Ini Hari Terakhir Hospitality Expo, Datang Yuk!
Hospitality Indonesia resmi digelar di Hall A – Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta Pusat. Dan hari ini (26/10/201) merupakan hari terakhir.
IKPP & Tjiwi Kimia Dapat Penghargaan Primaniyarta 2019
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, menyerahkan Penghargaan Primaniyarta 2019 kepada dua anak perusahaan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
DHL Luncurkan Layanan Multimodal Baru di Indonesia
DHL Global Forwarding meluncurkan DHL ASIACONNECT+ di Indonesia yang menghubungkan Indonesia ke DHL ASIACONNECT ke beberapa wilayah Asia.