Satu terobosan studi dilakukan para ilmuwan dari University of California, San Francisco dan University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, telahmenemukan bahwa estrogen bisa memblokir reseptor tertentu di otak . Ini bisa mengarah pada pertumbuhan tulang yang sangat kuat dan terapi baru osteoporosis.
Seperti dikutip situs medicalnewstoday.com (12/1/2019), studi yang dipimpin oleh Holly Ingraham, Ph.D., tertarik pada bagaimana aktivitas estrogen di otak mengubah metabolisme selama berbagai tahap kehidupan.
Mereka melihat fungsi neuron sensitif estrogen di hipotalamus. Ini adalah bagian dari otak yang menghubungkan sistem saraf dengan sistem endokrin (hormon).
Hipotalamus memainkan peran penting dalam mengatur proses metabolisme, seperti dengan membantu mengendalikan suhu tubuh, rasa lapar, tidur, kelelahan, dan ritme sirkadian.
Para ilmuwan memblokir efek estrogen dalam hipotalamus hewan. Ketika mereka melakukan ini, hewan bertambah berat badan dan menjadi kurang aktif.
Awalnya, para ilmuwan berasumsi bahwa penambahan berat akan dihitung oleh lemak ekstra atau jaringan otot.
Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, mereka menemukan bahwa berat tambahan itu disebabkan oleh peningkatan massa tulang. Beberapa hewan telah meningkatkan massa tulang totalnya hingga 800 persen. Temuan mereka dipublikasi di jurnal Nature Communications.
“Saya langsung dikejutkan oleh ukuran efeknya. Kedua kelompok tidak tumpang tindih sama sekali, yang belum pernah saya lihat,” katanya.
Ketika para peneliti menguji tulang tikus yang padat, mereka menemukan bahwa mereka juga sangat kuat.
“Kolaborator kami yang mempelajari tulang untuk mencari tahu bahwa pihaknya tidak pernah melihat tulang sekuat ini,” ujar Ingraham.
Dalam studi lanjutan, para peneliti memfokuskan pada wilayah tertentu dari hipotalamus yang tampaknya memiliki efek luar biasa pada tulang: nukleus arkuata.
Karena penghilangan reseptor estrogen di wilayah ini menyebabkan pertumbuhan tulang, mereka percaya bahwa secara normal, sel-sel ini menyedot energi dan sumber daya dari pertumbuhan tulang untuk digunakan di tempat lain di dalam tubuh.
Temuan ini menarik dan mengejutkan dan hanya muncul pada tikus betina.
Holly Ingraham mengatakan bahwa dirinya selalu tertarik pada bagaimana hormon seks membuat otak pria dan wanita berbeda. “Ini adalah contoh yang sangat indah tentang betapa dramatisnya perbedaan itu,” ucapnya.
Selama ini estrogen memang sudah diketahui melindungi wanita dari risiko osteoporosis. Pada lorang lanjut usia, osteoporosis dapat menyebabkan tulang menjadi semakin lemah secara bertahap.
Seiring waktu, tulang pun menjadi mudah keropos sehingga benturan kecil – bahkan hanya batuk atau bersin – dapat menyebabkan patah tulang.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), osteoporosis mempengaruhi hampir 1 dari 4 wanita berusia 65 tahun ke atas di Amerika Serikat. Selama ini belum ada obatnya. Obat yang ada hanya berfokus pada pengurangan risiko patah tulang tetapi tidak dapat memperlambat keparahan osteoporosis.
About Post Author
Berita Lainnya
Kenali Gejala Demensia
WARTABUGAR - Pada tahun 2050, diperkirakan ada 4 juta Orang Dengan Demensia di Indonesia. Alzheimer's Indonesia (ALZI) dan Alzheimer's Disease...
Perhatikan, Ini Penyebab Anak Susah Makan
WARTABUGAR - Belakangan ini kita melihat banyak anak yang mengalami kesulitan makan. Tidak mau ketika diajak makan. Prof. dr. Badriul...
Kendalikan Stres Dengan Cara Ini
WARTABUGAR - Setiap tahunnya, jumlah penderita masalah kesehatan mental di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini tercermin dalam hasil...
Untuk Meningkatkan Penggunaan Kontrasepsi, Kampanye #AyoPasangIUD Diluncurkan
OBATDIGITAL - Menindaklanjuti pesan Presiden Jokowi pada Hari Keluarga Nasional tahun 2022 lalu untuk menjaga jarak antar kelahiran minimal tiga...
Peran Dokter Penting Dalam Pencegahan Resistensi Antimikroba
OBATDIGITAL - Resistensi antimikroba merupakan isu kesehatan paling penting bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setelah organisasi kesehatan di bawah naungan...
Ini Tips Untuk Mengelola Stres
WARTABUGAR - Dalam lingkungan kerja yang serba cepat dan menuntut saat ini, depresi menjadi masalah serius yang dihadapi semua pekerja,...