Peneliti Inggris telah mengubah pemahaman kita tentang mekanisme dasar fotosintesis. Para peneliti dan ilmuwan harus meninjau ulang teori fotosintesis, termasuk dalam buku-buku pelajaran yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah lanjut dan perguruan tinggi.
Para peneliti yang dipimpin oleh Imperial College London, didukung oleh BBSRC, dan melibatkan kelompok-kelompok dari ANU di Canberra (Australia), CNRS di Paris (Prancis) dan Saclay dan CNR di Milan (Italia), melaporkan hasil studi yang dipublikasi di Jurnal ilmiah Science. Hasil studinya juga dikutip dalam situs scitechdaily.com (16/6/2018).
Penemuan yang dipublikasikan hari ini di Science, dipimpin oleh Imperial College London, didukung oleh BBSRC, dan melibatkan kelompok-kelompok dari ANU di Canberra, CNRS di Paris dan Saclay dan CNR di Milan.
Dalam studinya terungkap bahwa kehidupan di Bumi menggunakan cahaya merah yang terlihat dalam proses fotosintesis. Namun ada tetapi tipe baru memanfaatkan cahaya inframerah lain. Itu terdeteksi dalam berbagai cyanobacteria (ganggang biru-hijau). Tatkala mereka tumbuh di dekat cahaya inframerah, yang ditemukan peneliti di pantai batu di Australia.
Sejauh ini, dalam fotosintesis standar, semua tanaman menggunakan pigmen hijau dan klorofil-a. Keduanya mengumpulkan cahaya dan memanfaatkan energinya untuk membuat senyawa kimia dan oksigen yang berguna. Cara klorofil-a menyerap cahaya berarti hanya energi dari cahaya merah yang dapat digunakan untuk fotosintesis.
Namun ternyata itu tak terjadi pada alga dan beberapa cyanobacteria. ketika beberapa cyanobacteria ditanam di bawah sinar inframerah dekat, sistem klorofil-a-justru tidak bekerja. Klorofil-a digantikan perannya oleh klorofil-f.
Penelitian baru menunjukkan bahwa alih-alih klorofil-f memainkan peran kunci dalam fotosintesis dalam kondisi berbayang, menggunakan cahaya inframerah energi rendah untuk melakukan reaksi kimia kompleks. Ini adalah fotosintesis ‘di luar batas merah’.
Ketua peneliti, Profesor Bill Rutherford, dari Departemen Ilmu Kehidupan di Imperial, mengatakan bahwa bentuk baru fotosintesis membuatnya memikirkan kembali mengenai fotosintesis. “Ini juga mengubah cara kita memahami peristiwa penting di jantung fotosintesis standar. Ini adalah buku pelajaran yang mengubah hal. ”
Cyanobacterium lain, Acaryochloris, merupakan beberapa spesies yang diketahui melakukan fotosintesis di luar batas merah. Namun, karena hanya terjadi di satu spesies ini, dengan habitat yang sangat spesifik, itu dianggap sebagai ‘anomali’. Acaryochloris hidup di bawah semburan air laut hijau yang menampakkan sebagian besar cahaya yang terlihat meninggalkan hanya dekat-inframerah.
Wawasan ini dapat berguna bagi para peneliti lain yang mencoba merekayasa tanaman untuk melakukan fotosintesis yang lebih efisien dengan menggunakan lebih banyak cahaya. Bagaimana cyanobacteria ini melindungi diri dari kerusakan yang disebabkan oleh variasi kecerahan cahaya dapat membantu para peneliti menemukan cara yang baik untuk diterapkan pada tanaman-tanaman.
Berita Lainnya
Ini USG Terbaru Buatan Philips
WARTABUGAR - Royal Philips, salah satu perusahaan teknologi kesehatan, memperkenalkan sistem ultrasonografi ringkas generasi terbaru, seri Compact 5000 pada lokakarya...
ERHA Tak Mau Ketinggalan, Ikut Lakukan Transformasi Digital
WARTABUGAR- Arya Noble, perusahaan layanan kesehatan dan kewirausahaan di Indonesia, telah memulai perjalanan digital transformatif yang didukung oleh RISE with...
realme Dapat Penghargaan Young People’s Choice”
WARTABUGAR - realme kembali menghadirkan kejutan dengan mengumumkan pencapaiannya di awal tahun ini melalui raihan predikat “Young People's Choice”. Predikat...
Teknologi AI Berperan Dalam Pengembangan aRumah Sakit
WARTABUGAR - Penyedia layanan kesehatan di Indonesia telah merespons era digital dengan beralih dari sistem konvensional ke sistem digital. Menurut...
Ganti TV, Beli TV Baru Premium Yuk, Ini Keunggulannya
WARTABUGAR - Bosan dengan TV (televisi) lama yang itu-itu saja? Alangkah baik menjajal TV baru yang canggih. PT SUPERTONE (SPC) ...