Statin Meningkatkan Risiko Parkinson

Read Time:1 Minute, 18 Second

Statin adalah jenis obat yang biasa digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Obat ini sering diresepkan untuk pasien yang berisiko terkena penyakit kardiovaskular. Alasannya, statin memperbaiki aliran darah dan mengembalikan elastisitas pembuluh darah.

Namun, belakangan ini, keamanan statin diragukan. Xuemei Huang, Ph.D. – seorang profesor neurologi di Penn State College of Medicine di Hershey, PA, dan seorang penulis studi, menunjukkan bahwa penggunaan statin justru meningkatkan risiko parkinson dan alzheimer.

Kesimpulan itu didapat setelah tim tersebut memeriksa data klaim asuransi medis dari 50 juta orang. Dari jumlah tersebut, mereka memilih 22.000 orang yang hidup dengan penyakit Parkinson, 2.322 di antaranya baru didiagnosis menderita penyakit ini.

Dalam situs medicalnewstoday.com (16/6/2017), para peneliti juga memilih kelompok kontrol orang-orang yang tidak memiliki penyakit parkinson. Mereka kemudian mengidentifikasi pasien yang telah memakai statin dan menentukan lama penggunaan sebelum gejala Parkinson pertama mereka muncul.

Studi tersebut menemukan bahwa penggunaan statin berkorelasi dengan risiko penyakit Parkinson yang lebih tinggi. Efek ini lebih kuat pada awal pengobatan statin, atau lebih spesifik lagi, untuk penggunaan statin di bawah 2,5 tahun.

Selain itu, asosiasi lebih kuat untuk apa yang disebut statin lipofilik. Sebagian besar statin bersifat lipofilik — meliputi atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, cerivastatin, pitavastatin, dan simvastatin. Obat itu disebut lipofilik karena mereka menyebar dalam lipid, sedangkan statin hidrofilik berdifusi dalam air.

Namun bukti yang mendukung peran neuroprotective ini tidak konsisten atau bergantung pada model hewan dan kultur sel.

Xuemei Huang mempertanyakan manfaat statin. Sebab, orang yang tidak diberikan statin, risiko parkinsonnya juga rendah. Temuan baru tersebut dipublikasikan dalam jurnal Movement Disorders.